Sabtu, 12 Mei 2012

Cinta Bisa Juga Gila




Saya termasuk yang agak tidak percaya soal cinta buta. Tapi lewat seorang teman dekat yang saya percayai, saya jadi punya persepsi berbeda. Sebegitu dahsyatnyakah cinta membuat manusia buta di tengah terangnya dunia?

Begini ceritanya, teman saya (katakanlah bernama Margi) dan teman dari teman saya (sebutlah ia Karina). Karina sedang menjalin hubungan dengan kekasihnya (misalnya punya nama Ramon), yang kebetulan berada di luar kota Jakarta. Hubungan Karina dengan Ramon bisa dibilang tidak sehat. Mengapa tidak sehat?

Tanpa bermaksud men-judge, Karina bisa dikatakan termasuk orang yang terobsesi dengan cinta karena pengalaman cintanya yang minim, dan Ramon adalah kebalikannya, ia bisa dikategorikan orang yang oportunis dan berpetualang dengan banyak wanita, tanpa diketahui Karina. Layaknya hubungan long distance pada umumnya, hubungan mereka pun berjalan dengan memupuk rasa saling percaya. Ya, kepercayaan adalah first step sebuah hubungan untuk bisa berlanjut ke jenjang berikutnya.

Pernah sesekali Ramon berkunjung ke rumah Karina dengan tujuan agar lebih saling mengenal. Mereka pun jalan ke suatu tempat ramai. Bercengkerama dalam kisah kasih anak muda yang sedang kasmaran. Ramon pun tak segan menggenggam tangan Karina. Makan dan nonton bersama. Begitulah kisah asmara yang penuh dengan wangi bunga dalam hati dan menjelma dalam angan yang melambung tinggi akan harapan menjajaki biduk rumah tangga. Di akhir minggu Ramon pamit untuk kembali ke kota tinggalnya sekarang di sebuah kota ramai bernama Surabaya. Karina menangis sesenggukan melepas Ramon yang perlahan masuk ke terminal 2F Bandara Soekarno Hatta.

+++

Di tengah riuh redupnya hubungan long distance mereka yang masih seumuran jagung, Ramon mulai menjauh dari Karina. Telfon jadi semakin berkurang intensitasnya. Sms dan BBM darinya jarang terbalas. Ada rasa curiga dalam hatinya, ada apa sebenarnya dengan Ramon? Mengapa ia menghindar di saat cinta harus ditumbuhkan?

Karina lalu curhat kepada kawan saya Margi. Ia merasa sedih dengan kondisinya saat ini, betapa Ramon menyakiti hatinya. Margi terkejut, yang ia tahu hubungan Karina dan Ramon baik-baik saja dan menunjukkan sebuah keseriusan ketika ia mendengar Ramon beberapa kali mengunjungi rumah Karina.

Hati Karina sesak mendengar Ramon akan segera melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat. Kabar itu datang langsung dari Ramon lewat smsnya. Karina mengeluarkan air mata yang membuat pipinya basah. Hatinya pilu. Kesedihan menggelayut berkepanjangan menunggu ketidakpastian.

Blackberry Karina berbunyi tringg, message dari Ramon.
“Aku sudah punya pilihan, lupakanlah aku. Lupakanlah hubungan kita”.
Karina membalas “Ada apa Ramon? Apa yang sebenarnya terjadi”.
BBMnya tak dibalas Ramon. Margi yang menyaksikan langsung pesan itu hanya bisa memeluk Karina yang masih basah dengan air mata. Sambil berucap “Sabarlah sayang”.

+++

Di rumah Karina uring-uringan, ia tak bisa tidur malam itu. Lalu di tengah kegalauannya, Blackberrynya kembali berbunyi, ada message masuk.
“Lupakanlah aku Karina, aku sudah punya kekasih di Surabaya..”
“Akhir tahun ini kami akan menikah, dia MBA karena aku..”
“Usia kandungannya sudah menginjak 5 bulan..”
Karina hanya bias membalas dengan tangis sesenggukan “Kamu jahat Ramon..”
“Maafkan aku..” balas Ramon.

Hati Karina remuk, ia merasa dikhianati. Bagaimana tidak? Ramon, seorang yang dicintainya meninggalkannya begitu saja, ditambah berita yang sangat tidak mengenakkan hati itu.

Dunia Karina menjadi sempit. Ia jadi tak bersemangat soal hidup. Penampilan dan asupan tak diperhatikannya.

Cintanya begitu dalam dan tulus kepada Ramon. Susah untuk dihapus begitu saja. Betapa ia pernah berharap Ramon akan menjadi pendamping hidupnya kelak. Namun harapan itu kini pupus sudah. Mungkin ia salah mengenal Ramon yang tak lain adalah kawan kampusnya dulu. Ramon yang ia kenal dahulu adalah lelaki yang baik dan perhatian. Namun seiring berjalannya waktu dan perubahan status ekonomi, Ramon menjadi sosok yang berbeda.

Dalam heningnya malam ia melamun. Ia jadi sadar, ternyata cinta bukan soal seringnya bertemu. Ia adalah soal ketulusan hati dan kesejiwaan bersama. Dan ia salah menilai Ramon sebagai belahan jiwanya yang lain. Ia jadi merasa tak mengenal Ramon. Ramon begitu asing baginya saat ini.

+++

Hari ini sampai Ramon memutuskan akan segera menikah, Karina masih terombang-ambing dalam perasaan cintanya yang ia ingin kubur dalam-dalam. Sungguh ada benarnya kata Thi Pat Kay, tokoh babi jelek dalam serial Sun Gho Kong, “Beginilah cinta, deritanya tiada akhir”

Setidaknya buat seorang gadis bernama Karina. Cinta yang mengalahkan logika kesadarannya sendiri. Ya, cinta kadang menjadi tak rasional ketika sudah merasuk dalam hati. Kita tak jadi makin pintar membedakan mana yang baik dan merugikan diri dengan cinta. Cinta jadi malah membelenggu diri sendiri. Dan dalam wujudnya yang seperti itu, saya jadi percaya ternyata cinta bisa juga jadi gila.




@taufik_hate, Mei 2012
Kisah ini berdasarkan kejadian nyata, dengan sedikit bumbu dalam penceritaan tentunya, semoga tidak mengubah makna sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar